NUNUKAN – Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Seno Endarto menyebut naiknya Inflasi di Kaltara di sejumlah daerah dikarenakan biaya transportasi yang cukup tinggi.
Seno menyebut salah satunya adalah Kabupaten Nunukan, dengan Inflasi kedua Tertinggi 0,28 persen setelah Kota Tarakan 0,58 persen, penyebabnya adalah kendala distribusi atau trasportasi bahan pokok.
“Kami melihatnya di distribusi, Kita tau bahwa kondisi di kaltara itu kepulauan dimana Nunukan ada diatas dan untuk mencapainya memang membutuhkan jalur laut atau jalur udara, Ini yang menjadi kendala, adalah terkait dengan distribusi,” terang Seno, di sela pembukaan Capacity Building Wartawan Tahun 2024 oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara di Bali, Selasa (21/05/2024).
“Semenatara disisi lain kita pahami bahwa kaltara juga belum mencapai swasembada beras dan lainya, yang termasuk terkait dengan bahan pokok dan barang peting (Bapokting) masih kita peroleh dari daerah lain, maka transportasi itu menjadi peranan penting dalam penyesuaian harga,” tambahnya.
Menurut Seno, terkait permasalahan distribusi pihaknya melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti Bulog, BPS dan Pemda maupun Pemprov Kaltara.
“Kita melakukan koordinasi dengan Bulog, BPS dan juga Pemda Nunukan dan Pemkot Tarakan serta pemerintah provinsi, terkait dengan distribusinya walau kita melihat untuk MTM masih 24 persen, artinya tidak terlalu tinggi,” imbuhnya.
Sementara dari data BPS pada Triwulan April 2024, inflasi Tarakan 0,58 persen (mtm), disusul Nunukan 0,28 persen (mtm), dan tanjung selor 0,03 persen (mtm), secara umum kaltara secara bulanan 0,39% (mtm) dan tahunan tercatat sebesar 2,47% (YoY), lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,25% (mtm) atau tahunan 3,00% (YoY). Pada akhir tahun 2024, Inflasi Kalimantan Utara diperkirakan mencapai target di sekitar 2,5±1% (YoY). (mld*)
Discussion about this post